Siklon Tropis dan Efeknya terhadap Indonesia
Pernahkah anda mendengar lagu Koes Plus yang liriknya kurang lebih seperti ini :
“Bukan Lautan Hanya Kolam Susu, Kail dan Jala cukup menghidupimu, tiada topan tiada badai kau temui, Ikan dan Udang menghampiri dirimu...”
Lagu ini memang ada benarnya, tapi mari kita telaah bersama. Secara geografis negara kita terletak di antara 2 benua besar dan 2 samudra besar. Barang tentu keduanya memberikan manfaat yang cukup melimpah, tapi selain manfaat ituperlu juga diwaspadai adanya bahaya. Khususnya di daerah perairan yang luas. Dalam meteorologi, perairan luas tidak selalu berdampak baik, bahkan hampir pasti berdampak buruk. Karena dari perairan yang luas ini lah muncul Monster-monster perusak seperti Cyclone dll.
Perairan sekitar Indonesia, termasuk samudra hindia(selatan), samudra Indonesia(barat), atau laut pasifik di bagian utara kepulauan Ambon, adalah tempat-tempat yang hampir setiap tahunnya menyumbang terbentuknya cyclone. Karena terbentuknya di sekitar perairan tropis, maka cyclone ini disebut dengan Cyclone Tropis. Cyclone tropis adalah bencana alam dengan efek kehancuran terbesar di dunia, tidak hanya daerah yang dilewati terkena dampaknya, daerah-daerah sekitar yang hanya terkena bagian ekornya saja juga akan kena imbas.
Sebenarnya apa sih Cyclone Tropis(Siklon Tropis)? Siklon tropis muncul di samudra tropis yang disertai dengan angin dan hujan dalam kecepatan dan intensitas yang sangat tinggi(Bayong Tjasyono,Meteorologi Indonesia Volume 1).
Berikut ini adalah syarat atau faktor penunjang terbentuknya Siklon Tropis :
Siklon tropis terbentuk pada lintang >10 derajat (LU & LS). Untuk daerah lintang equator seperti di Indonesia, Siklon Tropis hampir pasti tidak dapat terbentuk. Hal ini diakibatkan oleh efek rotasi bumi atau faktor Coriolli yang kecil di equator. Coriolli kecil berarti vortisitas juga kecil, sehingga Siklon Tropis tidak dapat terbentuk. Gangguan dan depresi tropis dapat saja terjadi di Indonesia, tapi pertumbuhan selanjutnya yaitu menjadi siklon tropis akan terjadi pada lintang tingg yang memiliki vortisitas lebih tinggi.
Suhu muka laut(SST atau Sea Surface Temperatur) di atas ± 26,5o. Untuk suhu muka laut, di Indonesia dapat memenuhi. Akan tetapi faktor Coriolli lebih dominan, sehingga walaupun dengan suhu muka laut sekian, masi belum cukup untuk membentuk siklon tropis di perairan Indonesia.
Adanya daerah perairan yang luas. Sumber energi utama dari suatu siklon tropis adalah uap air. Pelepasan panas kondensasi oleh awan-awan konvektid dalam badai merupakan sumber energi utama siklon tropis.
- Adanya gangguan dekat permukaan dengan vortisitas dan konvergensi mencukupi. Siklon tropis tidak terjadi secar tiba-tiba, akan tetapi memerlukan suatu sistem putaran dan aliran yang besar di dekat permukaan.
Shear angin vertikal yang rendah di antara permukaan dan bagian atas troposfer (kurang dari 10 m/detik). Shear angin vertikal adalah besar perubahan angin terhadap ketinggian. Shear angin vertikal yang besar akan mengacaukan atau mengganggu siklon tropis yang baru saja terbentuk atau mencegah terjadinya pembentukan siklon tropis. Jika siklon tropis telah terbentuk, shear angin vertikal akan memperlemah atau menghancurkan siklon tropis tersebut dengan
Adanya lapisan yang relatif basah dekat troposfer bagian tengah (pada ketinggian 5 km).
Menurut penelitian, waktu hidup sebuah siklon tropis adalah dari beberapa jam hingga bertahan dua minggu, dan secara rata-rata waktu hidup siklon tropis adalah 6 hari dari waktu terbentuk hingga melebur. Berikut ini adalah penyebab matinya sebuah siklon tropis :
Siklon tropis meninggalkan perairan. Sehingga penguapan yang memasok uap air untuk energi sebuah siklon akan berkurang.
Siklon menuju daratan dimana daratan lebih cepat dingin dari perairan, sehingga udara naik menjadi lebih dingin
Contour atau topografi daratan yang menghambat sikol tropis.
Siklon tropis dikenal dengan berbagai nama tergantung dari tempat terjadinya. Misalnya di daerah Pasifik timur dikenal dengan hurricane dan di Pasifik bagian Barat disebut dengan Typhoons. Ada fakta unik dalam hal penamaan siklon tropis yaitu penggunaan nama-nama wanita. Menurut desas desus, alasannya adalah karena pelaut yang sedang di laut akan lebih tanggap jika disebutkan nama wanita. Namun ada juga yang menganggap kalau waniti itu adalah pembuat kekacauan(*hehehe). Maka untuk menghilangkan diskriminasi gender tersebut, penamaan siklon dapat menggunakan nama laki-laki.
Kembali ke akibat siklon tropis. Kita bersyukur karena kita hanya terkena imbasnya. Akan tetapi imbasnya pun sudah dapat membuat negara kita kalang kabut. Ketika terjadi siklon tropis di selatan Laut timor, Indonesia mengalami hari hujan yang sangat panjang. Akibatnya banjir dimana-mana, penyakit mulai bermunculan. Itu baru imbas dari siklon tropis, bandingkan dengan negara yang dilalui siklon tropis. Misalnya saja yang baru-baru ini menyerang Burma, tropical cyclone Nargis yang menelan korban ratusan ribu orang. Atau Catrina hurricane yang meninggalkan trauma untuk masyarakat Amerika. Atau Badai yang terjadi pada 13 November 1970 di Bangladesh, dimana badai ini menyebabkan gelombang laut setinggi 9 meter dan menelan korban jiwa hingga 300.000 orang.
Maka dari itu, lagu yang dinyanyikan Koes Plus ada benarnya juga, “Tiada badai...”. Seburuk-buruknya Indonesia, kita seharusnya bersyukur, negara kita ini hampir pasti tidak dilanda tropical cyclone yang notabene nya adalah bencana paling mematikan no.1 di dunia. Sebentar!! hampir pasti?? berarti ada kemungkinan kita dilanda siklon tropis?? jawabannya adalah iya! Okay, hal itu akan saya bahas di tulisan berikutnya. Sekian.
Penulis : Pande Putu Hadi Wiguna – Mahasiswa tingkat II Akademi Meteorologi & Geofisika Jakarta
Sumber : Bayong Tjasyono-Meteorologi Indonesia Volume 1 & sumber-sumber terkait lainnya.